Oleh : Teguh Miftah – Staf CLD

Di tengah gemuruh dunia yang semakin riuh, ada suara-suara yang justru terpendam dalam diri – gagasan, kerinduan, dan pemikiran yang sering tak menemukan jalan untuk keluar. Tahukah kamu bahwa setiap tanggal 16 April diperingati sebagai Hari Suara Sedunia? Hari ini bukan hanya tentang suara yang terdengar oleh telinga, tetapi juga tentang suara yang hadir di dalam pikiran: suara hati, gagasan, dan imajinasi yang jarang mendapat ruang untuk diungkapkan. Hari Suara ini mengingatkan kita bahwa suara bukan hanya tentang kumpulan bunyi yang terukur, tapi juga tentang segala yang bersemayam dalam pikiran dan hati. Dan kami menemukan cara tak terduga untuk merayakannya.

Kami merayakan momen ini dengan cara yang Istimewa, sebuah pembekalan untuk belajar menuangkan suara dalam pikiran melalui tulisan. Sebab, tak semua suara bisa diucapkan, namun banyak yang bisa dituliskan. Menulis menjadi jembatan antara dunia dalam diri dan dunia di luar sana. Ia menjadi sarana untuk menyuarakan apa yang tak terdengar, mengartikulasikan apa yang samar, dan mengekspresikan apa yang belum sempat dikatakan.

Di tengah riuhnya dunia, mari kita rayakan keberanian untuk menyuarakan isi pikiran dalam bentuk kalimat, paragraf, dan cerita. Karena setiap suara layak didengar, dan setiap pikiran layak dituangkan.

Paragraf di atas memang terdengar seperti pengantar yang direncanakan dengan baik. Namun sejujurnya, kami bahkan tidak tahu sebelumnya bahwa “suara” memiliki tanggal perayaannya sendiri. Kami pun tak sengaja merayakan Hari Suara Sedunia pada 16 April 2025 lalu dengan cara yang unik, belajar menulis.

Hari itu, kami mendapat kesempatan langka untuk belajar langsung dari Pak Nanang, seorang mantan punggawa lembaga anti rasuah yang kini berlabuh di tengah rimba Sumatera. Saat ini beliau memimpin Departemen Komunikasi PT Restorasi Ekosistem Indonesia. Bisa dibilang, beliau adalah sosok dengan jam terbang tinggi dalam hal tulis-menulis, salah satunya dibuktikan lewat Novel yang pernah ia tulis berjudul Kota Bara.

Namun bukan isi buku itu yang kami bahas dalam pelatihan, melainkan bagaimana beliau dengan lugas dan sabar membagikan ilmunya kepada kami.

“Teman-teman kita di sini hanya berbagi pengalaman ya, karena pastinya teman-teman sudah terbiasa dalam menulis laporan pekerjaan”, katanya membuka pembicaraan.

Menulis, sebagaimana kami pahami dari beliau, bukan sekadar menuangkan kata-kata, tapi juga keterampilan yang membutuhkan pemahaman terhadap struktur dan tujuan.

Dalam pelatihan ini, kami belajar tentang cara menulis yang baik dan runtut, mulai dari memahami struktur dasar SPOK (Subjek, Predikat, Objek, Keterangan), hingga mengasah kemampuan menyusun informasi melalui pendekatan 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Teknik ini membantu kami merangkai tulisan yang padat informasi, jelas, dan mudah dipahami pembaca.

Tentu, tulisan memiliki beragam jenis dan gaya, tergantung pada tujuan dan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam konteks pekerjaan kami yang sering berkutat di lapangan, menulis laporan menjadi bagian penting dari keseharian. Tulisan kami tak bisa terlalu puitis atau bertele-tele; ia harus jujur, ringkas, dan terstruktur. Maka dari itu, pelatihan ini menjadi bekal yang sangat berharga bagi kami dalam menyusun laporan-laporan temuan secara lebih tajam dan komunikatif.

Pada akhirnya, kami belajar bahwa sejatinya tidak ada tulisan yang buruk yang ada hanyalah tulisan yang belum tepat pada tempatnya. Seperti suara, setiap tulisan punya hak untuk muncul, dibaca, dan dipahami. Di era digital yang serba cepat ini, di mana perhatian kita terfragmentasi dalam berbagai notifikasi, mungkin justru menulis menjadi cara paling intim untuk mendengarkan suara diri sendiri.

Pelatihan bersama Pak Nanang bukan sekadar tentang teknik menulis, tapi tentang keberanian memberi ruang pada suara batin yang sering kita abaikan. Karena sesungguhnya, setiap kata yang kita tuliskan adalah bukti bahwa kita peduli untuk didengar – oleh orang lain, dan terutama oleh diri sendiri.

(Artikel ini terinspirasi dari pelatihan menulis bersama CLD, 16 April 2025)