Kami memulihan dan mengonservasi habitat flora dan fauna Hutan Harapan. Di dalam Hutan Harapan terdapat terdapat 1311 jenis tumbuhan, 620 spesies fauna, terdiri dari 64 spesies mamalia, 307 jenis burung, 123 jenis ikan dan 126 jenis amfibi. Dari 64 spesies mamalia, 24 jenis di antaranya masuk dalam kategori terancam (threatened), lima jenis masuk kategori terancam punah (critically endangered), di antaranya harimau Sumatera dan dan gajah Sumatera. Keduanya adalah satwa kunci dan keberadaan menjadi salah satu indikator keberhasilan restorasi ekosistem.
Dalam upaya mengembalikan fungsi hutan sebagai habitat flora dan fauna Hutan Harapan, kami melakukan kegiatan kegiatan riset dan monitoring,konservasi keanekaragaman hayati, dan pengembangan inovasi dan usaha.
Hutan Harapan menjadi lokasi research excellence bagi peneliti maupun mahasiswa baik dalam dan luar negeri. Oleh karena itu, kami melakukan riset kerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga baik nasional maupun internasional. Selain itu, kami juga mendampingi peneliti-peneliti dari berbagai lembaga, dengan temapenelitian burung, mamalia, amfibi, ikan, vegetasi, dan sosial.
Selengkapnya Tentang Riset, Inovasi, dan Konservasi.
RISET, INOVASI, DAN KONSERVASI
Salah satu tujuan dalam restorasi ekosistem (RE) adalah pemulihan dan konservasi habitat baik untuk flora dan fauna. Adanya restorasi diharapkan mampu mengembalikan fungsi hutan sebagai habitat flora dan fauna dengan baik. Kegiatan konservasi habitat diharapkan mampu mempertahankan dan meningkatkan jumlah populasi flora maupun fauna khususnya yang menjadi spesies kunci yaitu harimau Sumatera, gajah Sumatera, Rangkong, bulian dan meranti. Salah satu kegiatan penunjang untuk mencapai tujuan di atas adalah kegiatan riset dan monitoring, konservasi keanekaragaman hayati, dan pengembangan inovasi dan usaha.
I. RISET DAN MONITORING KEHATI
I.1. Riset
Beberapa penelitian yang dilaksanakan oleh Hutan Harapan adalah penelitian di lahan dominan akasia, lahan pascakebakaran, survei okupansi, tingkat pemahaman masyarakat terkait konservasi habitat, dan lahan pascaperambahan.
- Hasil dari penelitian di lahan dominan akasia adalah:
- persentase hidup tanaman yang paling besar adalah di tutupan anakan akasia. Nilai rerata persentase hidup tanaman 60-80% untuk perlakuan tanam dan tanam thinning. Sedangkan persentase hidup untuk perlakuan kontrol adalah 100-1065.
- Pertambahan diameter tanaman adalah 0,05-0,17 cm per 6 bulan dan pertumbuhan tinggi 3,5-9,5 cm per 6 bulan.
- Jenis yang memiliki persentase hidup yang paling baik dan pertumbuhn baik adalah Instia palembanica (merbau), Fragraea gigantea (tembesu), Dyera costulata (jelutung), Hopea sangal (meranti sapat), dan Aquilsria malaccensis (gaharu).
- Perlakuan yang diterapakan berupa tanam dan tanam thinning tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan diameter namun memberikan pengaruh yang signifikan untuk pertumbuhan tinggi tanaman.
- Hasil dari penelitian pascakebakaran adalah
- Jumlah jenis klimaks lebih banyak ditemukan di berbagai tingkat kebakaran dibandingkan jenis pioner. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan indeks keragaman jenis klimaks adalah > 3 dan jenis pioner 2-3.
- Persentase hidup tumbuhan yang paling besar adalah di tingkat kebakaran hutan ringan. Rentang perserntase hidup untuk semua tingkat kebakaran hutan adalah 78-95%.
- Pertumbuhan diameter adalah 0,28-0,58 cm per tahun dan pertumbuhan tinggi 0,23-0,67 cm per tahun.
- Tingkat kebakaran hutan tidak memberikan pengaruh yang signifikan untuk pertumbuhan diameter dan tinggi tumbuhan.
- Penelitian di lahan pascaperambahan, dilakukan pembuatan plot dan tengah dilaksanakan analisis data.
- Tingkat pemahaman masyarakat terkait konservasi habitat dilakukan melalui kegiatan edukasi konservasi kemudian dilaksanakan pre-test dan post-test untuk mengetahui tingkat pemahaman sebelum dan setelah dilaksanakan pemberian materi oleh tim Hutan Harapan. Kegiatan ini masih dilaksanakan di 1 desa lagi sehingga kesimpulan penelitian belum bisa disimpulkan.
- Survey okupansi harimau untuk mengetahui habitat Harimau Sumatera sudah dilaksanakan pada Januari-Februari 2020 namun belum dilaksanakan analisis data.
Hutan Harapan sudah melakukan kegiatan riset bekerja sama dengan sejumlah perguruan tinggi dan lembaga baik nasional maupun internasional. Di antaranya Hutan Harapan telah bekerja sama dengan dengan universitas dan lembaga riset baik ditingkat lokal, nasional, dan internasional. Di tingkat lokal dan nasional telah bekerjasama dengan : IPB, UNJA, UNIV. tadulako, Univesrsitas Muhammaddiyah Palembang, Univeristas Bengkulu, Universitas Andalas, , Yayasan Sintas, Forum Harimau Kita, Hutan Kita Institute, Sumatra Sustainable Support (SSS). Di tingkat internasional, Hutan Harapan telah bekerja sama riset dan pengembangan inovasi dengan University of Goettingen dalam kolaborasi riset CRC-990, University of Copenhagen-Forest Landscape Denmark, University of Eidenburg-UK, University of Bangor-UK, Kew Garden, ICRAF, CIFOR, Zoological Society of London, NABU, RSPB, DOF, dan International Elephant Project. Bahkan, Hutan Harapan menjadi lokasi utama penelitian dan perkuliahan Fakultas Kehutanan Universitas Jambi. Selain itu, tim riset Hutan Harapan juga mendampingi peneliti-peneliti dari berbagai lembaga, dengan tema penelitian burung, mamalia, amfibi, ikan, vegetasi, dan sosial.
Hutan Harapan juga menjadi lokasi research excellence karena sedikitnya 100 doktor dan master dari luar dan dalam negeri melakukan riset di Hutan Harapan. Berikut beberapa penelitian yang dilakukan dilakukan di Hutan Harapan:
- Lars Schmidt, Djoko Prasetyonohadi, Tom Swinfield: Restoration of Artificial Ponds in Logging Concession Policy in Indonesia: a New Strategy for Sustainable Forest Management. 2015.
- Rina Mardiana: Kehendak Merestorasi Ekosistem Tersandera di Pusaran Sengkarut Agraria (Konflik dan Perjuangan Kedaulatan Agraria di Wilayah Restorasi Ekosistem Hutan Harapan Provinsi Jambi). 2014.
- Tedjo Sukmono, Dedy Duryadi Solihin, M.F.Rahardjo, Ridwan Affandi. Ichtyofauna of lowland rainforest water, Harapan Rainforest Jambi. 2014
- Jonas Hein: Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD+), Transnational Conservation, and Access to Land in Jambi, Indonesia. 2013.
- Ajeng Kartini Rahmania: Persepsi Masyarakat terhadap Kegiatan Restorasi Ekosistem di areal Hutan Harapan PT REKI Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. 2011.
- Cui-Ping Cao, Reiner Finkeldey, Iskandar Zulkarnaen Siregar, Ulfah Juniarti Siregar, Oliver Gailing. Genetic Diversity within and among Populations of Shorea leprosula Miq. and Shorea parvifolia Dyer (Dipterocarpaceae) in Indonesia. 2006.
Beberapa aktivitas riset yang dilaksanakan di Hutan Harapan dijelaskan oleh bagan di bawah ini:
I.2. Monitoring Ekologi
a. Monitoring Flora
Monitoring flora yang dilakukan oleh manajemen Hutan Harapan adalah dengan menggunakan Petak Ukur Permanen (PUP). Pengamatan PUP pada 2020 dengan tujuan mengetahui struktur tegakan di tiga tipologi tutupan hutan yaitu hutan sekunder, belukar muda, dan belukar muda. Untuk memperoleh struktur tegakan tersebut dilakukan pengamatan di tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang, dan pohon. Analisa pertumbuhan vegetasi pada peta ukur permanen (PUP) dilakukan untuk mengetahui individu dan famili dominan. Analisis vegetasi dilakukan di tiga tipologi hutan yang ada di Hutan Harapan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan struktur tegakan dan keanekaragaman hayati yang ada di tiga tipologi tersebut. Salah satu kegiatan yang merangkum analisis vegetasi adalah Inventarisasi Hutan Berkala Restorasi Ekosistem (IHBRE) dan berdasarkan IHBRE terdapat beberapa jenis dominan yaitu famili Annonaceae, Euphorbiaceae, dan Rubiaceae.
Monitoring flora sebelumnya menggunakan metode IHBRE pada 2019 dan Risalah Hutan di tahun 2012. Kegiatan IHBRE dan Risalah Hutan dilakukan setiap 10 tahun sekali untuk dasar penyusunan rencana karya usaha (RKU). Tercatat 1311 tumbuhan yang tersebar di Hutan Harapan.
International Union for Conservation of Nature (IUCN) mencatat, beberapa jenis pohon di Hutan Harapan masuk kategori rentan dan hampir terancam, di antaranya bulian (Euxideroxilon zwagery), tembesu (Fagraea fragrans), meranti (Shorea spp), balam (Palaquium spp), keruing (Dipterocarpus spp), merawan (Hopea odorata Roxb.) gaharu (Aquilaria malaccensis).
b. Monitoring Fauna
Pemantauan fauna dilakukan secara rutin untuk mengetahui perkembangan terakhir data fauna di Hutan Harapan. Tim riset mengidentifikasi jenis-jenis fauna, termasuk yang terancam punah (endangered). Pemantauan juga dilakukan dengan memasang kamera jebak (camera trap). Hasilnya, kamera merekam harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae) di dua dari 18 lokasi pemasangan kamera, di Hutan Harapan yang masuk Provinsi Jambi, akhir 2018 lalu. Hasil identifikasi menunjukkan, harimau di dua lokasi itu adalah satu individu yang sama dan pernah tertangkap kamera pada 2014.
Pada Januari-Februari 2020, tim riset menyelesaikan survei okupansi harimau Sumatera. Survei dilakukan untuk mengetahui keberadaan harimau Sumatera dari tanda-tanda keberadaannya seperti jejak tapak kaki, cakaran dan kotoran. Hasilnya, ditemukan berbagai jejak satwa mangsa dari harimau, seperti babi, rusa, dan kijang. Bekas keberadaan harimau Sumatera juga ditemukan pada dua dari enam grid survei di Hutan Harapan.
Tim riset juga melakukan patroli satwa secara rutin berbarengan dengan survei gajah. Gajah Sumatera(Elephas maximus sumatranus) yang ada di Hutan Harapan saat ini berjumlah delapan ekor, enam di antaranya betina. Daerah jelajah (Homerange) gajah Sumatera sekitar 50-70% berada di dalam wilayah Hutan Harapan.
Sementara itu, berdasarkan data saat awal pengelolaan, di dalam areal Hutan Harapan terdapat 620 spesies fauna, terdiri dari 64 spesies mamalia, 307 jenis burung, 123 jenis ikan dan 126 jenis amfibi. Dari 64 spesies mamalia, 24 jenis di antaranya masuk dalam kategori terancam (threatened), lima jenis masuk kategori terancam punah (critically endangered), di antaranya harimau Sumatera dan dan gajah Sumatera. Keduanya adalah satwa kunci dan keberadaan menjadi salah satu indikator keberhasilan restorasi ekosistem. Sementara itu, sebanyak 77 jenis burung masuk dalam kategori terancam dan dua jenis masuk kategori terancam punan, di antaranya bangau storm dan rajaudang kalung biru. Keanekaragaman hayati di HH dan perbandingan dengan keragaman hayati di pulau Sumatera dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
I.3 Monitoring Abiotik
Pengamatan Curah Hujan
Pemantauan curah hujan dilakukan dengan membangun stasiun pengamat curah hujan dan memasang ombrometer, altimeter dan thermometer, bekerjasama dengan lembaga CRC. Tujuan pemantauan adalah mengumpulkan data dasar dalam melakukan penelitian di Hutan Harapan, dan bermanfaat untuk melihat pengaruh curah hujan terhadap pertumbuhan, perkembangan vegetasi dan persebaran satwa terhadap keberadaan sumber air.
Pengamatan Kualitas Air
Pengamatan kualitas air adalah salah satu bentuk evaluasi kinerja restorasi ekosistem (RE), yakni dengan melihat kualitas air pada Sub-DAS yang ada. Pengujian kualitas air dilakukan melalui tiga aspek, yakni sifat fisik, biologi dan kimia air. Namun Hutan Harapan saat ini masih melakukan pengujian pada aspek fisik saja, yakni debit, sedimentasi, ph, profil sungai dan analisis sempadan sungai. Ada empat sungai yang digunakan untuk pengamatan kualitas air. Dua di antaranya di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu Sungai Meranti dan Sungai Kapas, dan dua lagi di Provinsi Jambi, yakni Sungai Kandang dan Sungai Lalan.
Hasil pengujian fisik menunjukkan bahwa kondisi debit dan sedimentasi serta pH air sungai Lalan, Kandang, Kapas, dan Meranti dalam kondisi baik. Sedangkan untuk kondisi sempadan sungai di sempadan sungai Kandang diperlukan rehabilitasi karena kanan-kiri sungai hanya terdapat 5 meter tanaman penyangga selebihnya adalah tanaman sawit dan belukar.
I.4. Monitoring Sosial
Survei dan riset sosial ekonomi di Hutan Harapan untuk mengetahui kondisi demografi di dalam kawasan Hutan Harapan yang meliputi jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, konflik sosial yang memberikan tekanan kepada Hutan Harapan, perhutanan sosial, tingkat ekonomi masyarakat, ketergantungan terhadap hutan, dan melihat peningkatan ekonomi dari program yang dilakukan manajemen Hutan Harapan. Monitoring sosial meliputi perubahan tekanan sosial (kondisi demografi), perubahan pendapatan masyarakat, persepsi masyarakat terhadap hutan dan ketergantungan terhadap hutan, dan pemetaan areal dengan tingkat konflik sosial. Monitoring sosial dilakukan bersama dengan tim Kemitraan Strategis dan Pemberdayaan Ekonomi Hutan Harapan.
II. KONSERVASI KEHATI
II.1. Pemantauan Kondisi Hutan dan Perubahan Lahan
Berdasarkan hasil penafsiran citra tahun 2018 Hutan Harapan dikelompokkan ke dalam tiga jenis hutan:
- Hutan sekunder tinggi: memiliki stratifikasi vegetasi yang lengkap, mulai dari tingkat semai, pancang, tiang, dan pohon. Penutupan tajuk berkisar antara 71-100% dengan cakupan luas 33% di wilayah Hutan Harapan.
- Hutan sekunder sedang:memiliki tutupan tajuk antara 40-71% dan areal ini dikategorikan hutan terdegradasi (degraded forest), dengan luas areal mencapai 32%.
- Hutan sekunder rendah: memiliki tutupan tajuk di atas 40%. Areal ini dikategorikan sebagai hutan yang terdegradasi (degraded forest), dengan tutupan lahan yang bervariasi, mulai dari semak belukar (tumbuhan bawah), terutama pada areal bekas terbakar atau hutan dengan struktur vegetasi yang didominasi pohon tingkat pancang. Hutan sekunder rendah memiliki luas hingga 35 persen.
Analisis perubahan lahan dilakukan dengan bantuan citra satelit Sentinel. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui perubahan lahan dari hutan menjadi non hutan (deforestasi) dan perubahan lahan dari non hutan menjadi hutan (reforestasi). Reforestasi wilayah hutan ditandai dengan meningkatnya luasan hutan sekunder dan deforestasi ditandai dengan menurunnya luasan hutan sekunder dan berubah menjadi lahan terbuka.
Berikut pemantauan kondisi Hutan Harapan dalam kurun sepuluh (10) tahun:

II.2. Strategi Rehabilitasi Lahan
Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk strategi rehabilitasi lahan ini didasarkan pada hasil kegiatan riset pemantauan lahan pasca kebakaran dengan permudaan alami dan penelitian lahan dominan anakan akasia, serta hasil monitoring DAS. Hasil dari kegiatan tersebut adalah penenaman jenis yang direkomendasikan dan lahan yang menjadi prioritas untuk direhabilitasi. Lahan yang menjadi prioritas rehabilitasi adalah sempadan Sungai Kandang. Kemudian beberapa jenis klimaks yang dapat dijadikan referensi untuk kegiatan rehabilitasi adalah jelutung, tembesu, gaharu, merbau, dan cengal dikarenakan nilai pertumbuhan yang baik.
II.3. Strategi Konservasi Habitat
Salah satu yang menjadi prioritas di Hutan Harapan adalah pemantauan gajah Sumatera. Gajah Sumatera memiliki homerange yang mencakup wilayah Hutan Harapan maupun di luar kawasan (perusahaan perkebunan sawit dan HTI serta lahan masyarakat). Untuk menjaga habitat tetap terjaga baik dan menghindari konflik satwa dengan masyarakat, tim riset Hutan Harapan melakukan mitigasi konflik dengan metode Collaborate Based Conflict Management (CBCM). Kegiatan yang dilakukan di antaranya adalah edukasi konservasi (penyuluhan) dan pembuatan alat mitigasi satwa bersama masyarakat. Kegiatan CBCM bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terkait konservasi habitat satwa terutama Gajah Sumatera sehingga konflik satwa menjadi berkurang.
III. PENGEMBANGAN INOVASI DAN USAHA
Kegiatan pengembangan usaha terdiri dari pemanfaatan HHBK dan pemanfaatan jasa-lingkungan.
III.1. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)
Survei dilakukan untuk mengetahui sebaran HHBK dalam wilayah Hutan Harapan. Beberapa HHBK yang bernilai tinggi adalah getah jelutung, rotan, jernang, manau, bambu, madu, dan karet. Survei terhadap HHBK bernilai tinggi dilakukan karena potensinya besar, dan diharapkan mampu menjadi salah satu prioritas sumber penghasilan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Hutan Harapan. Survei HHBK dilakukan bersama dengan tim Pengembangan Usaha Multiproduk Hutan Harapan.
III.1.1. Peta persebaran potensi madu sialang dan persebarannya.
III.1.2. Peta persebaran potensi gaharu.
III.1.3. Survei rencana pegembangan bambu di areal akasia di Sungai Jerat)
- 6 Jenis bambu yang ada di REKI (Dendrocalamus sp., Gigantloa sp. (2 jenis), Gigantochloa robusa, Gigantochloa scortechinii, dan Schizostazyum zoliingeri)
- Namun unutk pengembangan usaha yang akan dilaksanakan adalah Dendrocalamus asper.
III.2. Jasa lingkungan
Fokus dari pengembangan usaha jasa lingkungan di Hutan Harapan adalah melihat potensi alam, sosial, dan budaya masyarakat. Hutan harapan mengidentifikasi pemanfaatan lahan yang dapat dikembangkan menjadi ekowisata. Beberapa ekowisata yang sudah dikembangkan di Hutan Harapan adalah Forest Trail, bumi perkemahan, dan Bird Watching. Ekowisata yang dikembangkan bertujuan untuk wisata edukasi, kampanye lingkungan, dan pengamatan kehati di dalam kawasan Hutan Harapan. Areal yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi ekowisata sudah dilakukan pemetaan yang dapat dilihat dalam petaberikut.
Selain potensi ekowisata, manajemen Hutan Harapan tengah mengembangkan potensi air dan karbon. Salah satu perusahaan dari Jepang (Sekusui) sudah berkujung ke Hutan harapan untuk kolaborasi dalam carbon credit.(*)