Kami mensinergikan penyelamatan keanekaragaman hayati dengan mengembangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK), usaha jasa lingkungan, dan pemanfaatan kawasan. Hutan Harapan menjadi sumber bagi pengembangan HHBK, seperti madu, jernang, jelutung, dan damar mata kucing. HHBK ini menjadi sumber penghasilan masyarakat adat Batin Sembilan dan kelompok masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar Hutan Harapan.
Bagi masyarakat yang ingin merasakan keasrian Hutan Harapan secara langsung, kami menawarkan beragam paket ekowisata mulai dari panjat tree platform (menyaksikan panorama lanskap Hutan Harapan dari ketinggian pohon 25 meter),pemantauan burung-burung, menelusuri jejak harimau, kemah di tengah hutan, hingga berinteraksi langsung dengan masyarakat adat Batin Sembilan. Ekowisata Hutan Harapan menjadi salah satu bagian edukasi ke masyarakat untuk turut dan terus melindungi hutan.
Ekowisata Tree Platform dan jelajah hutan Foto Ardi Wijaya
Sebagai upaya pemanfaatan kawasan, kami mengembangkan program pemanfaatan kawasan melalui usaha peternakan sapi dalam satu sistem pengelolaan lahan (silvopastura). Program ini dimulai sejak 2018 bersama kelompok masyarakat yang sudah bermitra.
Selengkapnya Tentang Pengembangan Usaha Multiproduk
PENGEMBANGAN USAHA MULTIPRODUK
Hutan Harapan mensinergikan penyelamatan keanekaragaman hayati dengan mengembangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK), usaha jasa lingkungan dan pemanfaatan kawasan. Kami menyebutnya sebagai pengembangan usaha multi-produk. Manfaat ekonomi tak hanya milik Hutan Harapan, juga untuk masyarakat tanpa merusak hutan. Slogan kami adalah “tumbuh dan berkembang bersama”.
I. PENGEMBANGAN USAHA HHBK
I.1. Madu
Madu termasuk salah satu elemen penting dalam kehidupan Orang Batin Sembilan. Mereka sudah lama memanfaatkan madu dari kelompok lebah (Apis dorsasta) yang bersarang di sejumlah pohon seperti kruing, kempas, aru, jenis meranti yang disebut pohon Sialang. Pohon sialang termasuk jenis pohon yang dilindungi dalam masuk hukum adat Batin Sembilan. Mereka akan memberi sanksi berupa denda jika ada yang menebang sehingga kelestarian pohon sialang tetap terjaga.
Foto: Ardi Wijaya / Hutan Harapan
Produksi madu di Hutan Harapan selama ini rata-rata lima ton per tahun, dan masih memungkinkan untuk ditingkatkan produksinya. Sejak 2017, manajemen Hutan Harapan melakukan pendampingan dengan memberi pelatihan teknik panen lestari (proses pemanenan dengan hanya memotong kepala sarang dan higienis). Melalui teknik panen lestari, proses produksi, pengolahan dan pengemasan, menjadikan madu keluaran Hutan Harapan tidak mengalami fermentasi, karena kadar air dalam madu rendah (17-18%) sehingga menghasilkan madu berkualitas.
Saat ini madu Hutan Harapan dijual dalam dua bentuk kemasan, yakni kemasan biasa: 155gr, 350gr, 700gr, 1000gr, dan kemasan premium: 300gr, 500gr dan 1000gr, dengan harga berbeda untuk setiap kemasan. Penjualan dilakukan secara langsung, nelalui pemesanan, serta menjalin kerja sama dengan reseller dan toko-toko. Dengan membeli madu sialang Hutan Harapan, turut membantu upaya restorasi ekosistem Hutan Harapan serta perekonomian masyarakat Batin Sembilan dan Melayu.
Foto: Ardi Wijaya / Hutan Harapan
I.2. Karet
Jambi adalah salah satu sentra pengembangan karet nasional, dan potensi getah karet di kawasan Hutan Harapan mencapai 12 ton perbulan. Produsennya adalah kelompok dampingan, yakni Kunangan Jaya 1 & 2, Simpang Macan Luas, Kapas Tengah, dan kelompok lain. Namun jenis karet dengan sistem panen yang sesuai dengan standar dry rubber crumb (DRC), yang dibutuhkan pasar, masih 4 ton per bulan.
Orang Batin Sembilan menyadap getah Jelutung
Foto: Aulia Erlangga / Hutan Harapan
Melihat potensi ini, manajemen Hutan Harapan turun langsung mendampingi petani karet agar bisa meningkatkan produksi dan sesuai kebutuhan pasar. Dari sisi produksi, para petani karet mendapat pelatihan budidaya, proses pemanenan yang lestari, serta sesuai standar kualitas dan kebutuhan pasar. Dari sisi pemasaran, petani mendapat pelatihan peningkatan kualitas agar produksi karet sesuai standar DRC, dan membantu akses ke pabrik pengolahan karet. Dengan pendampingan ini semua karet yang berasal dari Hutan Harapan dibeli pabrik pengolahan karet dengan harga pasar.
I.3. Jernang
Jernang adalah sejenis resin berwarna merah yang populer disebut darah naga (dragon blood), yang digunakan sebagai bahan pewarna, dupa dan bahan untuk obat tradisional, serta tergolong getah langka sehingga cenderung di ekspor karena harganya mahal. Di dalam Hutan Harapan terdapat beberapa spesies rotan dari margaDaemonorops didymophylla dan Daemonorops draco, yang memproduksi jernang.
Sebelum ini, orang Batin Sembilan kurang antusias memanfaatkan jernang karena pedagang pengumpul membeli dengan harga relatif murah. Melihat kondisi ini manajemen Hutan Harapan membantu memasarkan, dengan cara membeli kepada Batin Sembilan dengan harga pasar dan menjual kepada perusahaan pengolah yang juga eksportir. Cara ini dapat menambah penghasilan orang Batin Sembilan karena jernang dibeli sesuai harga pasar.
I.4. Jelutung
Jelutung adalah sejenis getah hasil eksudat atau sadapan dari jenis Dyera costulata yang banyak ditemukan di Hutan Harapan. Jelutung merupakan kelompok tumbuhan dari family Apocynaceae yangmemiliki manfaat baik dari aspek ekologi maupun ekonomi. Getah jelutung dimanfaatkan sebagai bahan baku permen karet, campuran pembuatan ban mobil, bahan baku pembuatan cat, perekat dan vernis. Sebagai salah satu sumber mata pencaharian orang Batin Sembilan, manajemen Hutan Harapan memfasilitasi pemasaran getah jelutung, dengan cara membeli lalu menjual kepada perusahaan pengolah getah jelutung atau eksportir sesuai harga pasar.
I.5 Damar Mata Kucing
Hutan Harapan memiliki pohon jenis Shorea leprosula, Shorea acuminata, dan Shorea ovalis, yang menghasilkan damar mata kucing Damar mata kucing adalah resin beku berbentuk bongkahan yang bening transparan, tak berwarna atau sedikit kekuningan. Resin ini merupakan bahan untuk cat, celupan batik, lilin, tinta cetak dan linoleum. Secara tradisional, damar sudah lama dimanfaatkan sebagai alat penerangan seperti lampu damar.
I.6 Pengembangan Bambu
Bambu juga tergolong HHBK yang masuk ke dalam jenis rumput-rumputan, sehingga bisa memanfaatkan kawasan restorasi ekosistem. Hutan Harapan memiliki beberapa jenis bambu yang berpotensi dikembangkan sebagai bisnis masa depan. Di antaranya Gigantochloa pseudoarundinacea dan Dendrocalamus asper. Sejak 2018, manajemen Hutan Harapan sudah mulai menanam bambu di areal 41 ha, dari 2.000 ha yang direncanakan. Jenis bambu ini bisa dikembangkan untuk skala industri, dan diharapkan bambu Hutan Harapan bisa menjadi salah satu sumber pemasukan dalam upaya merestorasi hutan dataran rendah tersisa di Sumatera.
Awal 2020, Hutan Harapan memulai langkah kerjasama dengan perusahaan yang bergerak dalam industri bambu, yaitu Bagrotec Indonesia dan PT Palladium International Indonesia. Kerja sama diharapkan dapat terealisasi pertengahan 2020, yang diawali dengan observasi lapangan, hingga terjadi kesepakatan kontrak kerjasama dan investasi. Melalui kerja sama ini, manajemen Hutan Harapan akan dibantu Bagrotec Indonesia di bidang investasi dan pengelolaan jangka panjang, seperti pembudidayaan dan tahap pengolahan industri. Produk akhir yang dihasilkan dari kerja sama ini salah satunya berupa bambu fiber dan pellet.
Bisnis bambu memiliki prospek yang cerah, mengingat ketersediaan kayu yang terbatas karena hutan sudah berubah fungsi. Bambu tidak hanya tergolong produk alternatif dengan harga terjangkau, tapi juga mudah dibentuk, memiliki kekuatan dan keawetan. Beberapa tahun terakhir bambu sudah menjadi bahan pengganti produk-produk kayu, baik bahan pulp dan kertas maupun bahan untuk produk industri seperti arang, panel laminasi, dan flooring. Sejumlah negara di Eropa dan Amerika sudah mengimpor produk-produk bambu dari Asia, seperti lantai bambu, kertas, tekstil, perabot rumah tangga, hingga produk kerajinan tangan. Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor produk bambu terbesar ketiga dunia.
II. Pengembangan Usaha Jasa Lingkungan
Hutan Harapan mengembangkan wisata alam dan budaya (ekowisata), potensi air dan karbon. Namun yang baru bisa dikembangkan adalah ekowisata. sebagai salah satu program yang mendukung upaya restorasi ekosistem. Pengunjung dapat menikmati wisata alam liar, dengan menjelajah masuk hingga ke dalam Hutan Harapan, melewati bekas jalan logging yang di kiri-kanan bertemu rimbunya pepohonan dan tutupan hutan yang sudah bagus. Ada beberapa paket wisata alam liar (wildlife tourism) dan budaya yang ditawarkan.
Partners Hutan Harapan tengah melewati kawasan Hutan Harapan
II.1. Pemantauan Burung (BirdWatching)
Hutan Harapan kaya dengan jenis burung. Sebanyak 307 jenis dari 626 jenis burung di Sumatera ada di Hutan Harapan, sehingga menjadi surga bagi penyuka burung, yang biasa disebut birdwatching. Beragam burung, seperti rangkong, tiongemas (beo), raja udang, cucak kuning, hingga jenis elang dan merpati hutan, leluasa menjelajah dengan bebas di sela-sela tajuk pohon.Sudah banyak pengunjung yang merasakan sensasi birdwatching di Hutan Harapan. Mulai wisatawan lokal, dan juga mancanegara seperti dari Inggris, Jerman, Denmark, Jepang dan Amerika Serikat. Termasuk para peneliti dan perguruan tinggi seperti IPB, Universitas Jambi, Gottingen University, Burung Indonesia, KFW, Danida, Partnership for Forests (P4F), Fujitsu, RSPB, Birlife International, NABU.
Ulla Tornaes (Denmark) Menteri Kerja Sama dan Pembangunan Denmark saat Birdwatching / Memantau Burung di Hutan Harapan 2017
II.2. Memanjat Tree Platform
Tree platform adalah salah satu paket wisata yang dengan menaiki tangga ke atas pohon setinggi 25 meter. Dari atas pohon, wisatawan berdiri di atas platform (terbuat dari baja beralas kayu yang kokoh) agar bias menikmati keindahan alam di tengah hutan. Pemanjatan akan lebih baik jika dilakukan menjelang terbit matahari, agar wisatawan dapat merasakan betapa indahnya alam ciptaan Tuhan.
Foto: Istimewa
II.3. Safari Malam (Night Safari)
Inilah salah satu paket wisata alam liar di Hutan Harapan yang berada hutan di tengah kegelapan malam. Pengunjung dibekali senter dan didampingi pemandu berkeliling di tengah hutan agar bisa berpapasan dengan sejumlah hewan buas, bertemu satwa malam yang berburu mangsa, dan bias juga menikmati burung-burung yang tidur sambil bertengger di dahan pepohonan. Paket ini banyak diminati petualang alam, peneliti dan wartawan.
II.4. Forest Trail
Paket tracking di Forest Trail menawarkan empat jalur tracking, dengan karakteristik dan tantangan berbeda. Mulai yang relatif mudah hingga cukup menguras stamina. Makin tinggi tantangannya, stamina yang dituntut harus lebih prima. Waktu ditempuh untuk berjalan dalam satu jalur tracking rata-rata satu hingga dua jam. Namun, pada tracking dengan medan lebih berat, butuh waktu 4,5 jam atau bisa lebih. Pemandangan pada tiap jalur berbeda-beda. Pada hutan sekunder tinggi akan ditemukan banyak jenis pepohonan raksasa berusia sangat tua dan berukuran besar.
II.5. Kemah di Alam Terbuka (Camping Ground)
Ada lagi paket berkemah dan tidur di tengah kegelapan alam terbuka, sambil menikmati kerlap kerlip bintang, di tengah suara serangga dan satwa hutan yang saling bersahutan. Berkemah di tengah alam liar sungguh menjadi petualangan yang sangat menyenangkan.
Suasana camping di Hutan Harapan
Foto Ardi Wijaya / Hutan Harapan
II.6. Wisata Budaya Batin Sembilan
Wisatawan juga bisa berinteraksi dan mengamati kegiatan 251 keluarga Batin Sembilan yang menjadikan Hutan Harapan sebagai rumah mereka. Berinteraksi secara langsung dengan masyarakat yang hidup turun temurun bersama hutan, menjadi pengalaman tak terlupakan. Apalagi berkesempatan memancing bersama di sungai-sungai yang dipenuhi ikan asli Hutan Harapan.
Wisatawan mengunjungi pemukiman warga Batin Sembilan, wisatawan juga berinteraksi dan mengamati kegiatan Batin Sembilan
Foto: Ardi Wijaya / Hutan Harapan
III. Pemanfaatan Kawasan Pengembangan Silvopastura
Hutan Harapan sudah mengembangkan program pemanfaatan kawasan melalui usaha peternakan sapi dalam satu sistem pengelolaan lahan (silvopastura). Program ini dimulai sejak 2018 bersama kelompok masyarakat yang sudah bermitra. Usaha ini dipilih antara lain karena bernilai ekonomi cukup tinggi, menghasilkan pupuk kandang dari kotoran, memiliki daya tahan hidup cukup tinggi serta ketersediaan pakan di lingkungan tempat tinggal. Bahkan pemerintah juga menyediakan program asuransi ternak, khusus sapi, dengan membayar Rp 40 ribu pertahun untuk seekor sapi sehingga jika sapi mati pemerintah akan mengganti senilai harga sapi sebelum mati.
Peternak sapi yang dilaksanakan bersama kelompok KTH Bungin Mandiri dan KT Berkah Jaya Kunangan Jaya 1
Foto : Ardi Wijaya
Saat ini usaha peternakan sapi dengan sistem silvopastura, dilaksanakan bersama KTH Bungin Mandiri dan KT Berkah Jaya. Setiap kelompok mengelola dana investasi senilai Rp 100 juta dengan membeli 9 ekor sapi. Hasilnya, hingga Maret 2020 KT Berkah Jaya sudah menghasilkan lima anakan sapi dari lima ekor induk. Sementara, KTH Bungin Mandiri sudah siap menghasilkan anakan sapi.
Model kerjasama dengan kedua kelompok yang disepakati adalah pengembangbiakan dan penggemukan sapi, melalui sistem hasil dengan rasio 50:50. Kerjasama berlangsung dalam jangka waktu 3 tahun, dan akan dievaluasi apakah kerjasama dilanjutkan atau dihentikan. Sementara itu, model perguliran indukan antar-anggota dalam kelompok tani, diserahkan kepada anggota kelompok sesuai kesepakatan, dengan tetap mendapatkan pengawasan dari manajemen Hutan Harapan. Sedangkan perguliran anakan hasil reproduksi yang telah menjadi hak dari perusahaan akan digulirkan ke KTH dan KT yang lain.
Pengembangan usaha silvopastura akan ditawarkan ke semua kelompok masyarakat yang sudah bermitra. Selain memberi manfaat ekonomi secara berkelanjutan dengan mengoptimalkan lahan, juga dapat mengurangi tekanan terhadap Hutan Harapan. (*)