Penulis: Fini Tisnawati, Juliya Susvita, Irania Rosmeisa, Sri Wahyuni Siregar, Ariya Prabowo
Jambi, Hutan Harapan – Di tengah bentang alam liar yang dipenuhi rimba dan suara alam, tepatnya di Jerat, kawasan Hutan Harapan, sebuah kisah harum sedang ditulis pelan-pelan oleh sulur-sulur vanili. Di bawah naungan PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI), vanili tak hanya menjadi tanaman bernilai ekonomi tinggi, tapi juga simbol harapan baru: bahwa kehati-hatian, kesabaran, dan kedekatan dengan alam mampu melahirkan hasil terbaik.
Pada tanggal 12 Juli 2025 kami mahasiswa magang dari Universitas Bengkulu yaitu Fini, Vita, Sri dan Nia, melakukan mandah ke lokasi Danau Risi. Kami di bekali pengetahuan tentang seputaran Kawasan Danau Risi, salah satunya budidaya vanili. Kami berangkat pagi hari dari Base Camp Hutan Harapan ke Pos Danau Risi, selama perjalanan kami menyusuri hutan yang menyegarkan mata membuat waktu perjalanan tak terasa sudah melewati kurang lebih 2 jam. Setibanya di Pos Danau Risi, kami istirahat dan menyiapkan perlengkapan selama mandah. Pada malam harinya kami langsung di berikan materi seputar vanili. Selama mandah di Kawasan Danau Risi selama 3 hari, kami melakukan pemeliharaan dan perawatan vanili seperti, penyemprotan pupuk booster dan stressing di bagian shift house, melakukan pemangkasan dan penyulaman gamal serta pemindahan bibit 1 ruas vanili sekaligus penanamannya, Pengalaman ini tentu sangat berharga bagi kami, kami tahu bentuk atau rupa vanili yang mana selama ini hanya gambarannya, kami juga merasakan bagaimana hidup di dalam hutan dan suka duka serta tantangan merawat dan menjaga flora dan fauna di Kawasan Danau Risi.

Perjalanan vanili di Jerat tidak muluk-muluk. Hanya dengan stek satu ruas sepanjang satu meter, tanaman ini memulai hidupnya di pembibitan. Dalam waktu satu minggu, akar-akar halus mulai mencari tanah, dan 15–20 hari kemudian, tunas-tunas kecil menyapa dunia. Di ruang terbuka, tunas tumbuh 2–3 cm per minggu, setelah mencapai tinggi 70–80 cm dalam waktu sekitar 3 bulan, barulah sulur-sulur muda ini dipindahkan ke lapangan. Sedangkan dalam shift house yang terisolasi sempurna, pertumbuhannya bisa lebih cepat yaitu 5–6 cm per minggu.
Penanaman vanili di Jerat terbagi dalam dua sistem utama yaitu ruang terbuka dan shift house. Di lapangan terbuka, tanaman vanili berteman dekat dengan gamal atau tanaman penaung yang ditanam 15-20 cm dari vanili yang berfungsi untuk melindungi dan menaungi vanili itu sendiri. Sementara itu, di shift house suhu dan kelembaban bisa dikendalikan lebih mudah, menggunakan paranet yang menciptakan ruang tumbuh yang lebih stabil.

Vanili bukan tanaman yang tergesa. Selama tiga tahun pertama, sulur vanili dibiarkan bertumbuh bersama gulma. Rumput membantu menyerap nutrisi berlebih dan menciptakan kondisi stres ringan yang disukai vanili. Setelah tiga tahun, saat sulur mulai kuat, dilakukan proses yang disebut stressing dimana ujung sulur dipotong untuk menghentikan pertumbuhan panjang. Satu bulan setelahnya, bunga pun mulai tumbuh. Waktu pembungaan ini biasanya jatuh antara bulan September hingga akhir Januari pada saat kuncup mungil bermekaran satu per satu. Musadat selaku Koordinator vanili di jerat menjelaskan “Bunga vanili hanya mekar satu kali dan hanya bisa dilakukan pada pagi hari antara pukul 05.00-11.00 pagi hari. Polinasi (penyerbukan) harus dilakukan secara manual dalam waktu singkat. Dalam satu tandan bisa tumbuh 10 hingga 24 bunga, namun hanya 15–17 bunga yang dibiarkan menjadi buah, agar ukuran dan kualitasnya optimal. Setiap ruas hanya akan berbunga sekali, dan dari satu tunas hanya satu kesempatan mekar. Setelah penyerbukan, buah vanili memerlukan waktu 7–8 bulan untuk matang, ditandai dengan warna kuning kehijauan, masih keras, belum pecah, tetapi sudah siap panen”.

Buah vanili dipanen dengan digunting, lalu disortir berdasarkan panjang:
- Kelas A (19 cm ke atas): direbus selama 5–7 menit
- Kelas B (16–18 cm): direbus 4 menit
- Kelas C (10–16 cm): direbus 3 menit
- Kelas ekstra (di bawah 10 cm): dipisah sebagai kelas bawah
Setelah itu, vanili dicuci untuk menghilangkan jamur dan kotoran. Buah kemudian direndam dalam air bersuhu 70°C, bukan direbus, cukup untuk membunuh jamur dan menghentikan enzim tanpa merusak aroma. Proses fermentasi dilakukan dengan membungkus buah dalam karung goni, lalu dimasukkan ke dalam peti tertutup selama dua hari dua malam. Setelah itu, vanili dijemur di bawah sinar matahari pagi jam 08.00–11.00 selama 10–12 hari. Di sela waktu itu, buah dibungkus rapat lalu diangin-anginkan dalam ruang steril selama dua bulan. Hasil akhirnya, buah vanili telah mengkerut sempurna, dibungkus dengan kertas minyak, siap menjadi rempah bernilai tinggi. Apa yang tumbuh di Jerat bukan sekadar komoditas. Vanili di Hutan Harapan adalah simbol harmonisasi antara manusia dan alam. Di tangan tim lokal dan dalam bimbingan PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI), budidaya vanili menjadi jalan untuk memulihkan ekosistem sambil menghasilkan nilai ekonomi. Dan di setiap botol vanili dari sini, tersembunyi aroma hutan yang telah dijaga, sulur yang telah dirawat, dan pagi-pagi yang penuh harapan.