RASA syukur dipanjatkan Temenggung Rusman, pemimpin suku Anak Dalam Batin Sembilan. Kemarin, ia menelusuri tanah ulayat milik sukunya di Sungai Jerat di dalam kawasan Hutan Harapan di Kabupaten Muarojambi.

Pepohonan sudah hilang tergantikan jerubu dan jelaga. Kawasan itu habis dibakar kawanan perambah liar.

Kekesalan Rusman berubah jadi senyum ketika ia dibisiki bahwa para pembakar sudah ditangkap polisi. Sebanyak 22 perambah yang membakar hutan, saat ini, sudah mendekam di penjara.

“Capek kami hilang dan jadi senang hati. Pemerintah akhirnya mendengar, perambah yang membakar wilayah tanah ulayat kami di Sungaijerat ini ditangkapi. Hujan juga memadamkan semua api,” tuturnya lega,

Menurut Rusman, setiap musim kemarau datang, tanah ulayat yang masuk program pemulihan oleh PT Restorasi Ekosistem Indonesia (REKI) selalu diserbu pendatang dari luar. Mereka sudah membangun paling sedikit 50 rumah di kawasan itu.

Aksi pendudukan, penebangan, apalagi pembakaran lahan oleh perambah di Hutan Harapan nyata-nyata melanggar peraturan dan undang-undang negara. Selain itu, mereka juga melanggar hukum adat SAD Batin Sembilan yang dikenal dengan pelanggaran Jempalo Tangan.

“Kami masih bisa menahan diri untuk tidak menggunakan hukum rimba Adat Batin Sembilan. Sanksinya berat, berupa potong tangan, dan tidak bisa diganti dengan apa pun. Tapi kami memilih percaya dengan hukum negara dan bisa ditegakan di Hutan Harapan,” tegasnya.

Masih diburu

Perburuan terhadap pelaku pembakaran hutan juga dilakukan Polres Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Hasilnya, dua pelaku ditangkap lagi. Sebelumnya, polisi sudah menangkap enam tersangka.

“Mereka melakukan aksi di delapan lokasi yang berbeda,” papar Kapolres Ogan Kome-ring Ilir, Ajun Komisaris Besasr Donni Eka Syahputra.

Dua pelaku yang paling baru ialah Suradi, 42, dan Sutarno, 45, warga Pedamaran.

“Luas lahan yang dibakar Suradi mencapai 4.000 meter persegi dan Sutarno 625 meter persegi. Mereka mengaku hendak menanam padi di atas lahan itu,” tambah Kapolres.

Sementara itu, hujan yang turun di sejumlah wilayah di Sumatra membuat titik api berkurang drastis. Udara di sejumlah kota pun menjadi lebih segar, kemarin.

“Meski berkurang, saya minta tim tetap waspada. Saya juga mengajak warga untuk berkomitmen mence-gah terjadinya kebakaran hutan dan lahan lagi,” imbau Bupati Ogan Komering Ilir, Iskandar.

Di sisi lain, kebakaran di sejumlah hutan di Pulau Jawa juga mulai bisa diatasi. Di Gunung Slamet, wilayah Banyumas, Jawa Tengah, titik api terakhir di petak 58 bisa dipadamkan setelah api dilokalisasi. “Api sudah bisa dikendalikan. Tim sudah turun karena telah merampungkan tugasnya,” ujar Humas Perhutani KPH Banyumas Timur Sugito.

Di Gunung sumbing, wilayah Kabupaten Temanggung, tim gabungan dan relawan tidak kenal lelah berusaha mengendalikan api.

“Pada petak 23-3 sudah tidak terpantau titik api. Saat ini, tim melakukan penyisiran dan pemadaman di petak 27-4,” tutur peting-gi BPBD Temanggung, Gito Walngadi.

Lokasi kebakaran merupakan kawasan hutan lindung. Sampai saat ini sudah 24 hektare lahan yang terbakar, dengan kerugian material mencapai Rp3,6 juta. (DW/RK/LD/TS/YH/RF/UL/RS/PT/MR/JH/N-2)

Sumber : Solmy Media Indonesia
https://mediaindonesia.com/read/detail/261941-penjaga-hutan-syukuri-penangkapan