Selama dua hari, 20-21 Februari 2018, Dubes Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen melakukan kunjungan kerja kenegaraan ke kawasan restorasi pertama di Indonesia, Hutan Harapan yang dikelola oleh PT Restorasi Ekosistem Indonesia (Reki). Ini pertama kalinya Rasmus berkunjung ke Hutan Harapan sejak ditunjuk sebagai Dubes.

Kunjungan itu bertujuan untuk melihat apa yang dilakukan manajemen Hutan Harapan dalam program pemulihan hutan dataran rendah tersisa Sumatera. Untuk diketahui, masyarakat Denmark melalui Danida/ESP3 merupakan salah satu pendukung upaya pemulihan ekosistem Hutan Harapan.

Kristensen berkunjung bersama Direktur Copenhagen Zoo Carl Traeholt dan Per Rasmusen. Copenhagen Zoo sebelumnya membantu Hutan Harapan dalam monitoring satwa alam liar dengan memberikan 15 kamera jebak (camera trap). Kali ini Carl datang untuk mempelajari kemungkinan kerja sama lebih jauh.

Kristensen mengatakan, Hutan Harapan merupakan hutan tropis alami yang memiliki peran penting di Sumatera, salah satunya sebagai penyumbang oksigen. “Karena itu kami menganggap hutan tropis ini memiliki peran yang sangat penting di mata internasional,” katanya.

Selama kunjungan, Kristensen mengunjungi fasilitas air bersih Batin Sembilan yang dibangun pada 2016, plot agroforestry, kantor lapangan, mengecek kesiapan tim pemadam kebakaran hutan, menanaman pohon, mengunjungi Sekolah Besamo dan fasilitas kesehatan serta melihat proses pengolah karet.  Kristensen mendapat kehormatan menanam pohon tembesu(Fragrae fragans) di tepi Danau Harapan dan dua pohon lainnya di lokasi berbeda.

Dalam dialog dengan masyarakat Batin Sembilan, Kristensen menyimak dengan serius ketika dilapori soal masyarakat pendatang yang merambah dan merusak hutan. “Kami ini menyayangi hutan karena kami hidup dari hutan. Kami ingin hutan ini terus ada, tentu kami memerlukan dukungan,” ujar Bi Teguh, masyarakat Batin Sembilan di hadapan Kristensen.

Kristensen menyatakan, upaya-upaya yang dilakukan oleh PT Reki menghadapi perambahan sudah baik walau masih perlu ditingkatkan. Dia meyakini pihak PT Reki mampu mencarikan solusi terbaik.

Kristensen mengaku sangat menikmati kunjungannya ke Hutan Harapan. “I’m impressed,” katanya. Menurutnya Hutan Harapan sebagai kawasan konsesi RE pertama di Indonesia harus terus dilanjutkan dan perlu mendapatkan dukungan lebih banyak pihak.

Dia mengapresiasi program-program yang dilakukan Hutan Harapan dengan menggelar beberapa event untuk memperkenalkan dan mendekatkan diri kepada publik. Pengembangan ekoturisme dinilainya sebagai pilihan yang baik. Tetapi untuk keberlanjutan pembiayaan ke depan, dia menyarankan manajemen Hutan Harapan menyiapkan rencana bisnis yang realistis.

Direktur Operasional PT Reki Lisman Sumardjani mengatakan bahwa apa yang dilakukan untuk mengelola Hutan Harapan 10 tahun terakhir mengalami banyak kemajuan. Untuk sepuluh tahun ke depan, katanya, manajemen menyiapkan sejumlah strategi agar publik lebih mengetahui apa yang dilakukan di Hutan Harapan.

Terkait perambahan, kata Lisman, akan ada strategi untuk mengantisipasi penjualan sawit dari kawasan hutan dengan melakukan pendekatan ke pabrik-pabrik sekitar Hutan Harapan. Dalam industri sawit ada sistem yang harus dipatuhi, yakni ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil)  dan RSPO (Rountable on Sustainable Palm Oil) dimana sawit dari kawasan hutan tidak diizinkan.

“Strategi lainnya adalah membuat program untuk meyakinkan bahwa masyarakat mendapat manfaat dari hutan,” ujarnya. Ada banyak tantangan dan kesempatan yang bisa diambil oleh Hutan Harapan, salah satunya adalah kenyataan bahwa lokasinya dekat dengan Singapura sebagai gerbang ke pasar global. Kondisi ini sangat mernfaat saat Hutan Harapan menjalankan usaha ekowisata dan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK).**

Penulis: Ardi Wijaya

Penyunting: Joni Rizal

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini